Archive for the ‘ADHD’ Category

APA PERBEDAAN SEKOLAH FORMAL DENGAN HOMESCHOOLING?

Mei 16, 2012

SEKOLAH FORMAL:

1.  Metode pembelajaran klasikal.

2.  Memiliki kemungkinan terpengaruh pergaulan yang menyimpang, tawuran, penculikan anak dan jajanan malnutrisi.

3.  Waktu belajar yang padat sehingga waktu istirahat dan hobby tidak tersalurkan.

4. Tidak memberikan toleransi atas kendala-kendala yang dialami siswa.

HOMESCHOOLING:

  1. Lebih memberikan kemandirian bagi siswa.
  2. Waktu luang lebih banyak sehingga dapat menyalurkan hobby seperti: modeling, acting, dsb.
  3. Keleluasaan menentukan tempat belajar, materi dan waktu belajar itu sendiri.
  4. Memiliki toleransi yang besar atas kendala-kendala yang dihadapi siswa baik itu secara emosional maupun mental.

MENGAPA MEMILIH HOMESCHOOLING (SEKOLAH RUMAH) ?

Mei 16, 2012

Homeschooling atau sekolah rumah, beberapa tahun belakangan ini sudah menjadi trend bagi alternatif pendidikan siswa-siswi di Indonesia. Memang dapat dikatakan terlambat, jika dibandingkan Amerika atau negara lain yang sudah maju. Mereka telah memperkenalkan konsep homeschooling di sana sampai tingkat universitas. Dengan pencetus utama homeschooling di Indonesia yaitu Kak Seto (Sekolah Mutiara Indonesia), kini sudah banyak berdiri homeschooling lain seperti  Ehugheschooling (ehs), Prima Mandiri Homeschooling ( homeschooling di Jakarta Selatan), Morning Star Academy, dan banyak lagi. Semuanya menawarkan harga yang sangat beragam disertai keunggulan yang ditawarkan oleh masing-masing program. Semua itu menjadikan homeschooling sebagai alternatif pendidikan yang dimasa datang menjadi pilihan siswa-siswi di Indonesia.

Kini banyak pertanyaan mengapa homeschooling menjadi suatu alternatif pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat? Padahal banyak sekolah formal baik Negeri maupun Swasta banyak yang berdiri ? Jawabnya adalah adanya  peserta didik ( siswa-siswi ) yang memiliki kendala atau halangan untuk bersekolah di sekolah umum. Ada yang karena kesibukannya sudah merintis masa depannya sebagai model iklan, pemain sinetron atau tergabung dalam sebuah group band. Hal ini sangat menyita waktu mereka sehingga waktu untuk bersekolah dari pagi hingga petang tidak dapat diikuti. Namun ada pula bagi putra-putri harapan Ibu Pertiwi yang mengalami kendala sejak kelahirannya, yang oleh dunia medis digolongkan sebagai Special Needs, seperti mengalami Dyslexia (Alexia) , gangguan konsentrasi, ADHD, bahkan autisme yang semuanya jika bersekolah di sekolah formal akan mengalami banyak kendala. Maka homeschooling menjadi alternatif terakhir agar mereka dapat memperoleh pendidikan yang layak dengan perhatian khusus sehingga dapat menempuh ujian pemerintah dan memperoleh ijasah dari pemerintah.

Bagi anak-anak yang memiliki cacat tertentu, pemerintah Indonesia juga telah memfasilitasi sekolah khusus bagi anak-anak penyandang cacat seperti buta, tuli dan bisu yaitu untuk bersekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa). Namun bagi anak-anak yang tidak cacat secara fisik apakah layak mereka bersekolah di SLB? Di satu pihak hal ini boleh saja karena SLB menampung mereka dengan biaya yang relatif lebih murah. Namun misalkan anak kita hanya mengalami gangguan konsentrasi, apakah mereka tidak menjadi malu, marah dan minder (rendah diri) ketika mereka bersekolah di SLB dan mendapat ijasah SLB? Semakin beranjak dewasa mereka akan berpikir bahwa mereka adalah anak yang terbuang, dan akan terbenam di pikiran bawah sadarnya bahwa mereka adalah anak yang tidak sepadan berkumpul dengan orang-orang normal. Mereka adalah bagian dari kelompok minoritas yang terpinggirkan. Hal inilah yang harus dihindari, sehingga kini pemerintah telah memberikan perizinan untuk berdirinya homeschooling di Indonesia. Kebutuhan akan pendidikan yang layak dapat tersalurkan melalui pendidikan homeschooling ini.

Bagi putra putri yang tercakup dalam special need atau ADHD (Attention Devisit / Hiperactivity Disorder) sebaiknya tidak tergabung dalam homeschooling yang menerapkan kelas komunitas atau kelas majemuk. Sebaiknya dilakukan pengajaran secara “one student by one teacher.  Metode ini merupakan pilihan terbaik bagi siswa. Materi pelajaran dapat ditentukan sendiri oleh orang tua siswa dan disesuaikan dengan kemampuan yang telah diraih oleh siswa tersebut. Juga pemantauan terhadap perkembangan dari siswa juga harus menjadi salah satu yang diprioritaskan dengan melibatkan peran orang tua secara penuh.